Senin, 09 November 2009
10.19
Pertanyaan ini seringkali ditanyakan oleh banyak ibu-ibu konsumen habbatussauda yang ingin mengambil manfaat Habbatussauda di saat hamil. Beberapa buku yang membahas habbatussauda mengatakan bahwa ibu hamil dibolehkan mengkonsumsinya, dikarenakan nutrisinya yang banyak manfaat. Bahkan ada juga tulisan seorang dokter yang tidak mempermasalahkan konsumsi habbatussauda oleh ibu hamil. Hanya saja tidak disebutkan bagaimana latar belakang dan alasan mengapa aman.
Rabu, 30 September 2009
13.23
SALAH satu efek awal saat mengonsumsi habbatussauda adalah terjadi proses detoksifikasi, yaitu pengeluaran racun atau zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh. Hal ini akan meningkatkan proses alamiah pengeluaran toksin dari dalam tubuh kita.
Organ vital yang menjadi target dalam program pembersihan racun adalah usus besar dan liver. Hampir semua penyakit degeneratif dapat dihubungkan dengan kondisi keracunan dalam saluran usus. Sebab setiap jaringan dalam tubuh mendapat makanan dari darah, dan darah mendapatkannya dari usus.
Setiap zat yang masuk ke dalam tubuh akan terserap dalam darah melalui dinding-dinding usus. Artinya, toksin yang berada di usus juga ikut beredar bersama aliran darah, sampai ke sel-sel di seluruh penjuru tubuh kita. Toksin-toksin inilah yang memiliki andil besar sebagai penyebab berbagai penyakit kronis, akut, dan degenratif.
Dengan detoksifikasi, kita memeroleh beberapa manfaat penting bagi kesehatan. Antara lain meremajakan sel-sel sehingga kulit jadi bersih, sehat, kencang dan lembut. Selain itu menurunkan kelebihan berat badan, meningkatkan energi, meningkatkan kerja indera penciuman, perasa dan pendengaran, mengerutkan tumor (jika ada), dan menghilangkan peradangan pada kelenjar getah bening.
Detoksifikasi ini juga dapat melancarkan peredaran darah dan getah bening, memperbaiki daya ingat, menghilangkan gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, dan kembung, memperbaiki kadar gula darah dan tekanan darah, memperbaiki fungsi liver dan ginjal, serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Penderita Akut Tetapi jangan kaget saat Anda merasakan efek samping sebagai reaksi dari detoksifikasi itu. Biasanya efek samping —terutama bagi penderita yang sudah akut— adalah gejala demam atau flu, diare atau malah sembelit, nyeri otot / sendi, sakit kepala atau migraine (umumnya perokok dan peminum alkohol).
Ada lagi yang merasa mual-mual atau kembung, lesu, mengeluarkan banyak riak/lendir, gatal-gatal atau berjerawat (jika sebelumnya punya masalah dengan kulit), nafas bau dan muncul lapisan tebal di permukaan lidah (dapat dikerok dan dibersihkan dengan sendok), merasa kedinginan (karena suhu tubuh menurun), dan gangguan emosional (uring-uringan atau emosional).
Efek samping itu hanya muncul 2-3 hari, tergantung kondisi kesehatan seseorang. Bahkan, tidak semua orang yang mengonsumsi habbatussauda mengalami proses detoksifikasi, tergantung daya tahan tubuhnya.
Jadi, tidak perlu khawatir dengan proses detoksifikasi, karena ini justru merupakan bukti bahwa proses penyembuhan sedang bekerja di dalam tubuh. Teruskan saja mengonsumsi biji hitam itu.
Anda juga dapat memperbanyak minum air putih. Jika prosesnya lebih dari tiga hari, untuk sementara kurangi dosis pemakaiannya. Misalnya dari 2 x 2 kapsul per hari menjadi 2 x 1 kapsul atau 1 x 2 kapsul sehari. Selamat mencoba.
Anda tertarik ingin mencoba ......? Silahkan Klik Di Sini
Sumber : http://suaramerdeka.com/Jangan.Khawatir.Efek.Sampingnya
Jinten Hitam, Sehat Tanpa Efek Samping
SEIRING perkembangan teknologi, berbagai terapi dan pengobatan penyakit secara modern semakin mengalami kematangan. Namun tak dapat dipungkiri, obat-obatan modern tersebut sebagian besar menyimpan efek samping yang justru dapat membahayakan kesehatan.
Beberapa pakar kesehatan berpendapat bahwa pengobatan yang berasal dari bahan alami justru memiliki efek samping yang ringan, bahkan ada yang tak memiliki efek samping sama sekali. Seperti kandungan zat yang terdapat di dalam jinten hitam yang dapat mengobati berbagai macam penyakit.
Rasulullah SAW juga telah menganjurkan umatnya untuk mengonsumsi jinten hitam dalam keadaan tertentu. Seperti yang tertuang dalam Shahih Bukhori dan Muslim, Rasulullah bersabda, ”Gunakanlah Al Habbatussauda karena di dalamnya terdapat obat untuk segala macam penyakit kecuali as Sam (maut-Red)”.
Di Arab, jinten hitam dikenal dengan nama habbatussauda (biji yang menyenangkan-Red), sedangkan di tanah Jawa sering disebut dengan temu ireng, mungkin karena warnanya yang kecil dan hitam. Menurut Prof Dr Made Astawan, ahli Teknologi Pangan dan Gizi, jinten hitam sudah terbukti kaya akan manfaat.
Sebab di dalamnya terdapat berbagai zat yang menguntungkan jika dikonsumsi manusia. Salah satunya dapat meningkatkan jumlah se-sel T, yang baik untuk meningkatkan sel-sel pembunuh alami. Evektifitasnya hingga 72 % jika dibandingkan dengan plasebo hanya 7 %.
”Dengan demikian mengonsumsi jinten hitam dapat meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga juga dapat dijadikan sebagai obat penyakit yang menyerang kekebalan tubuh seperti kanker dan AIDS,” katanya.
Dilanjutkan, kandungan asam linoleat (omega 6) dan asam linoleat (omega 3) dari jinten hitam merupakan nutrisi bagi sel otak berguna untuk meningkatkan daya ingat dan kecerdasan, sehingga sangat cocok diberikan pada anak usia pertumbuhan dan lansia.
Berdasarkan kandungan tersebut pula, tanaman yang berasal dari Mediterania itu juga dapat meningkatkan imunitas tubuh terhadap perubahan lingkungan, mengobati gangguan tidur,dan dapat menghilangkan stres. Kandungan yang lain dapat mengobati batuk kering, diabetes, flu, diare,melancarkan asi, rematik, alergi, hipertensi, sakit gigi, hingga asma.
Minyak dan Kapsul Di Semarang, jinten hitam dapat dijumpai di beberapa apotek dan toko-toko obat dalam bentuk minyak maupun kapsul. Sehingga lebih mudah dikonsumsi sebagai penawar beberapa penyakit tersebut.
Satu sendok teh minyak jinten hitam dicampur dengan segelas kopi dapat mengobati batuk kering, jika diminum dua kali pada pagi dan malam minimal selama dua hari berturut-turut. ”Rasanya memang sedikit pahit, jika tidak begitu suka dengan rasa pahit bisa mengonsumsi jinten hitam yang berbentuk kapsul,” kata Astawan.
Seperti yang dialami Erna (19) warga Bugangan, karena alergi dia mengalami gatal-gatal di beberapa bagian tubuhnya yang sudah lama tak kunjung sembuh. Karena tak terlalu suka dengan aroma jintan hitam yang menyengat, kemudian dia mengonsumsi 2 kapsul minyak jintan hitam di pagi dan malam hari.
”Tiga hari kemudian gatal-gatal itu sirna, begitu Agungnya Allah yang telah menciptakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh manusia di bumi ini,” tuturnya.
Anda tertarik ingin mencoba ......? Silahkan Klik Di Sini
Sumber : http://suaramerdeka.com/81226/Jinten.Hitam..Sehat.Tanpa.Efek.Samping.
Jumat, 11 September 2009
15.00
SESENDOK gula mungkin bakal menolong Anda menggelontorkan obat yang Anda makan namun tidak memberi apa-apa selain kalori. Sebaliknya, madu akan meningkatkan kadar antioksidan endogen dalam tubuh Anda.
Antioksidan endogen merupakan unsur yang diproduksi tubuh untuk menghalau radikal bebas penyebab munculnya penyakit jantung, kanker dan penyakit lainnya lagi.
Dalam sebuah penelitian kecil, setelah sebulan empat sendok makan madu setiap hari—yng cukup untuk memaniskan secangkir teh—25 relawan mengalami peningkatan kadar antioksidan hingga 5 sampai 12 persen dalam darah mereka.
Jadi, pastikan agar Anda menggunakan madu sebagai pengganti gula. Jangan gunakan dua-duanya, karena Anda hanya akan melipatgandakan asupan kalori.
ABD
Sumber : Alternative Medicine
Bismillah...
Berikut kami haturkan informasi terkait keistimewaan Madu, sebuah anugrah istimewa dari Allah Ta'ala. Semoga bermanfaat.
Madu ternyata tak cuma nikmat diminum. Si kental manis asam ini juga baik untuk kesehatan tubuh pengonsumsinya. Bahkan, ia sudah mulai dilirik sebagai bahan obat.
Padahal, sebenarnya madu merupakan cadangan pakan bergizi tinggi bagi anak-anak lebah. Wajar kalau kemudian madu dimasukkan ke dalam kelompok bahan makanan bergizi oleh manusia.
Sebagian masyarakat Indonesia yakin kalau madu merupakan cairan alami yang enak dan manis. Kita juga beranggapan, madu kental itu sebagai “makanan istimewa” untuk kebugaran tubuh. Serta katanya, mampu menjaga lestarinya kemampuan seksual seseorang. Menurut sumber kepustakaan, setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,575 l susu, atau 1,680 kg daging.
Sebetulnya, khasiat madu amat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi. Yakni fruktosa 41%, glukosa 35%, dan sukrosa 1,9%. Serta unsur kandungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim pencernaan. Lalu ada vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, antibiotika, dan lainnya.
Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu yang manis itu berbeda dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu dapat diproses langsung menjadi glukogen, sedangkan gula harus diproses terlebih dulu oleh enzim pencernaan di usus. Dengan demikian tubuh manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan gula pasir. Dari beberapa hal itu, rasanya bisa disimpulkan kalau madu bisa memberikan manfaat sangat penting dalam kehidupan manusia.
Madu peternak lebih baik
* Madu memang sudah dikenal sebagai sumber pakan berkhasiat, konon sejak ribuan tahun lalu.
Dalam penggunaan sehari-hari, selain diminum dan dicicipi langsung, madu biasanya dipakai dalam industri susu bubuk, pabrik jamu, juga industri bahan makanan, misalnya untuk campuran roti, kue-kue, dan lainnya. Termasuk pula sebagai salah satu bahan makanan dalam kaleng, sirup, dan sebagainya.
Sayangnya, konsumen umumnya masih buta tentang mutu madu yang baik. Apalagi berbagai kemasan madu yang ada di pasaran jarang mencantumkan kandungan apa saja yang terdapat pada madu dalam botol itu. Seandainya dicantumkan pada kemasan, tetap saja sulit untuk mengetahui benar tidaknya kandungan 11 unsurnya, sebagai parameter yang ditentukan dalam Standar Industri Indonesia atau SII 0156-86.
Penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian dan Industri Hasil Pertanian Bogor pada 1991 menyimpulkan, mutu madu produksi Indonesia, umumnya masih berada di bawah ketentuan SII. Lebih mengejutkan lagi, hasil penelitian yang dilakukan Laboratorium FMIPA Universitas Brawijaya Malang pernah menyimpulkan bahwa mutu madu produksi petani peternak secara umum, lebih baik dibandingkan dengan madu yang dijual di toko-toko, dengan segala kemewahan merek dan kemasannya.
Di sinilah perlunya peran para ahli untuk memberikan berbagai syarat madu yang memenuhi standar secara jelas dan ringkas, sehingga mudah diserap masyarakat luas. Di lain pihak perlu adanya itikad baik dan kejujuran dari para produsen serta penjual madu, sehingga berbagai macam madu yang beredar di pasaran tidak membingungkan kualitasnya.
Bukan “susu ratu”
* Dalam perkembangan lebih lanjut, manusia menemukan produk lebah yang lebih hebat dibandingkan dengan madu, yaitu royal jelly alias “susu ratu”.
Dalam beberapa penelitian, royal jelly memberikan petunjuk katanya bisa menggantikan sel-sel tubuh yang mati, serta memelihara kebugaran tubuh. Juga disebut-sebut - lagi-lagi katanya - mampu mempertahankan keperkasaan lelaki. Bahkan, beberapa ahli lebah madu di Eropa kini kabarnya sedang meneliti kemungkinan royal jelly untuk mengobati penderita leukemia, kanker, dan AIDS.
Madu konon bisa menggantikan antibiotika bagi pasien pengidap kanker, juga menyembuhkan efek sampingan prosedur kuratif, dan obat rematik. Sedangkan venom atau racun lebah dapat untuk mengobati prostatitis kronis dan wasir. Juga dapat merehabilitasi pasien berpenyakit jantung, penyakit kulit, tukak lambung, luka bakar, dan sebagainya. Dalam suatu seminar internasional di Swis, tahun 1995, para peneliti dan ahli apiterapi juga ahli farmasi menyatakan dirinya siap bekerja sama secara internasional, untuk mengembangkan produksi obat-obatan dari produk lebah madu dan royal jelly.
Royal jelly yang disebut “susu ratu” sebetulnya bukan susu. Apalagi madu yang dihasilkan sang ratu lebah. Itu sebetulnya bahan makanan khusus untuk ratu lebah. Diduga karena terus-menerus makan royal jelly, queen bee itu bisa berumur antara 5 - 6 tahun.
Sejak 1922, seorang peneliti dari Prancis telah merekomendasikan royal jelly untuk pengobatan. Meski begitu sampai saat ini berbagai unsur yang terkandung di dalamnya belum bisa diketahui seluruhnya. Royal jelly yang manis agak kecut tetap merupakan misteri yang menggoda para ilmuwan.
Selebihnya, masih banyak laporan penelitian tentang berbagai produk lebah yang menunjukkan hasil positif untuk pengobatan, baik setelah mengonsumsi madu, tepung sari atau polen, maupun royal jelly. Sayangnya, kenyataan itu sulit diterima organisasi kesehatan dan perguruan tinggi kedokteran di beberapa negara dengan alasan kurangnya bukti ilmiah. Setidaknya, begitulah antara lain pernyataan pakar apiterapi dari Jerman. (Intisari)
Dikutip dengan perantara dari situs: http://depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&arti